Friday, December 31, 2010

Saatnya Kembali ke Kenyataan

Sukacita selama hampir satu bulan itu berakhir sudah. Pesta sepak bola Piala AFF yang semula membuat bangsa Indonesia membubung ke langit ketujuh berakhir antiklimaks. Tim Garuda Indonesia yang begitu perkasa sejak babak penyisihan sampai semifinal tak sanggup membuat sejarah. Apa boleh buat, Malaysia-lah yang mengukir tinta emas, untuk pertama kalinya menjadi yang terbaik di festival sepak bola bangsa-bangsa Asia Tenggara ini.

Meski pahit, rasanya kita tak perlu larut dalam kesedihan. Sebaliknya, kegagalan untuk keempat kalinya di partai puncak Piala AFF ini harus menjadi bahan pembelajaran bagi seluruh insan sepak bola, utamanya para pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), yang paling bertanggung jawab terhadap prestasi tim nasional Indonesia. Bukan hanya itu, kegetiran di Stadion Utama Gelora Bung Karno juga harus menjadi pelajaran bagi oknum-oknum politisi yang semula ingin mendompleng euforia yang diledakkan pasukan Merah-Putih asuhan Alfred Riedl.

Sebenarnya, di luar dua hal di atas, terlalu banyak hal harus dijadikan bahan renungan oleh persepakbolaan nasional. Di lain pihak, euforia yang begitu hebat seharusnya dijadikan momentum kebangkitan prestasi sepak bola nasional, yang sudah begitu lama mendambakan gelar juara di tingkat internasional. Belajar dari pengalaman Piala Asia 2007, saat pasukan Garuda Indonesia gagal tetapi tetap mendapat acungan jempol, pada akhirnya menang atau kalah bukan hal paling penting. Pada ujungnya, juara tidak lagi sebuah tujuan akhir. Jauh lebih penting, para pemain dan tim pelatih sudah berbuat yang terbaik. Kegagalan ini hanya sebuah keberhasilan yang tertunda.

Di luar stadion, sulit untuk tidak terharu menyaksikan para pendukung Merah-Putih tetap menari-nari, meneriakkan yel-yel ”Indonesia... Indonesia!” Hal itu bukan karena Firman Utina dan kawan-kawan berhasil membalas kekalahan di Bukit Jalil, tapi lebih karena pasukan Merah-Putih telah tampil gagah berani, mengeluarkan semua kemampuannya, dan terlebih mereka menunjukkan pantas membela nama Indonesia dengan memakai kostum ”sakral” berlambang Garuda.

Bagi para pengurus PSSI, inilah sebenarnya momen untuk kembali ke kenyataan, kembali ke Bumi, setelah selama dua pekan seakan-akan lupa akan segala tugas pokok pembinaan sepak bola. Bagaimanapun, kompetisi yang berkualitas adalah kunci dari sukses tim nasional. Kompetisi yang bergulir saja secara teratur belumlah cukup untuk membawa Indonesia ke tingkat elite percaturan sepak bola Asia Tenggara, apalagi Asia, apalagi dunia. Kompetisi yang bergulir haruslah mempunyai mutu yang baik, dan tiap musim menunjukkan peningkatan kualitas.

Banyak hal yang menopang kualitas kompetisi, tetapi yang paling utama adalah pembinaan usia dini. PSSI tak perlu malu untuk mengakui bahwa selama ini abai terhadap youth development. Ratusan miliar rupiah tiap tahun berputar dalam persepakbolaan nasional, tetapi nyaris tak ada yang menetes ke pembinaan usia dini. PSSI terlalu asyik masyuk mengurusi kompetisi paling top, Liga Super Indonesia, yang memang seksi, bergelimang uang, berlimpah sponsor, bermewah dengan liputan media. Sementara kompetisi usia dini bukan cuma anak tiri, tapi ibarat anak terbuang yang menggelandang di kolong jembatan.

PSSI lebih suka jalan pintas, mencari pemain dengan jalan ”berburu” ke daerah-daerah dan mencomotnya begitu saja tanpa tahu betul rekam jejak pemain muda. Tanpa ada kompetisi, pemain muda yang diambil tidak terasah secara teknis, apalagi mental. Mereka kemudian dikumpulkan dalam proyek-proyek jangka pendek tanpa konsep yang benar-benar matang. Proyek Uruguay, misalnya, hanya mengulang kegagalan lama yang tidak membuahkan hasil, seperti Primavera dan Barreti. PSSI tidak pernah belajar dari pengalaman-pengalaman pahit tersebut.

Tanpa konsep pembinaan usia yang benar-benar diwujudkan dalam kompetisi berjenjang, pemain-pemain yang kemudian tampil di tingkat senior bukanlah atlet yang benar-benar matang. Ketika mereka tampil di liga senior, kemampuan mereka barangkali hanya 20 persen atau 30 persen dari kapasitas sebenarnya. Walhasil, tim nasional, terutama yang senior, tidak pernah memberikan prestasi yang membanggakan di tingkat internasional.

Ada baiknya, jajaran pengurus PSSI merenung sejenak. Mulailah bekerja dengan hati untuk menggerakkan roda kompetisi usia dini. Mulailah mencetak pelatih-pelatih berkualitas tinggi untuk menangani youth development. Sadarlah bahwa tak ada jalan pintas dalam sepak bola. Semua hasil terbaik harus dicapai dengan kerja keras, keringat dan pengorbanan.

Dalam pergelaran Piala AFF ini, PSSI sebenarnya sempat ”kembali ke jalan yang benar”, dengan membiarkan Alfred Riedl memilih sejumlah pemain muda untuk menyegarkan tim nasional. Pelatih asal Austria yang kenyang pengalaman menangani tim Asia Tenggara ini juga diberi keleluasaan untuk mengelola timnas secara mandiri, tanpa intervensi petinggi-petinggi PSSI—sesuatu yang sangat biasa dilakukan di masa lalu.

Namun, setelah sukses menembus final dengan lima kemenangan beruntun, otoritas Riedl dirampas. Timnya diobok-obok, dipolitisasi, dan ditunggangi demi pencitraan individu, kelompok, dan partai. Meski begitu, Riedl tetap mempersiapkan timnya dengan serius menjelang laga final pertama di Bukit Jalil. Pria yang hanya punya satu ginjal itu kemudian tidak tahan. ”Federasi mengganggu persiapan tim saya,” ujarnya di Bukit Jalil.

Maka, kalaupun ada satu-satunya hal yang patut disesali dari kegagalan ini adalah perjuangan hebat Firman cs telah dinodai oleh ambisi kotor para politisi. Selebihnya, kita patut bangga pada pasukan Merah-Putih yang telah berjuang keras. Kita harus memberikan apresiasi kepada penonton yang terus memberikan dukungan meski mereka sudah teraniaya saat mengantre tiket. Kita harus berterima kasih kepada Riedl dan timnya yang memberikan energi dan nuansa baru pada tim nasional.

Bagi bangsa Indonesia, inilah saatnya kembali ke kenyataan, untuk menyadari masih banyak pekerjaan rumah pembinaan sepak bola yang harus dikerjakan. Marilah kita bekerja keras!
Sumber : Kompas Cetak

Tuesday, December 21, 2010

Visi dan misi 2020

Berikut ini visi dan misi 2020 yang digadang gadang oleh nurdin khalid:
1. Rangking masuk 30 besar dunia (FIFA) & 8 besar asia (AFC).
2. JUARA PIALA AFF 2010.
3. Klub masuk 8 besa Liga Champions Asia "2009".
4. Juara Sea Games 2011.
5. Tuan rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2014.
6. 4 besar AFC Asian Cup 2015.
7. Klub masuk 4 besar Liga Champions Asia 2016.
8. Lolos FIFA World Cup 2018.
9. Finalis AFC Asian Cup 2019.
10. Lolos Olimpiade 2020.
11. Tuan rumah piala dunia 2022.

Periode 2007-2011, Nurdin sbg ketum PSSI membuat target sbb: Di tahun 2007, Ina ditargetkan lolos ke 8 besar Piala Asia, Selain itu di tahun 2007 dia juga menargetkan Indonesia masuk putaran final piala asia futsal dan finalis futsal AFF.

Di tahun 2008, Nurdin sbg ketum PSSI membuat target sbb:
1. Juara piala kemerdekaan.
2. Masuk putaran final piala asia U-16.
3. Masuk 8 besar sepakbola pantai asia.
4. JUARA PIALA AFF.

Tahun 2009, targetnya adalah:
1. Juara Sea Games.
2. 8 besar piala asia futsal.
3. Finalis piala aff futsal.
4. 12 besar champions asia.
5. Lolos ke putaran final piala asia futsal.

di tahun 2010 ini, target PSSI adalah:
1. Juara AFF
2. Juara Piala Kemerdekaan
3. Mauk final timnas U-16.
4. 10 besar champions asia.
5. Lolos putaran final piala asia futsal.

sepertinya saya ga perlu melanjutkan target target Nurdin, dari sedemikian banyak target yang dicanangkan Nurdin banyak yang melenceng dari harapan. jadi sekarang terserah anda menilai kinerja nurdin selama ini bagaimana..

Salam olahraga !

Koneksi Internet Indonesia Rangking 48 dari 50 Negara

Pingdom, salah satu lembaga yang memonitor waktu uptime koneksi dari berbagai korporasi di dunia, baru saja merilis publikasi terbaru yang menelaah kecepatan koneksi real dari para pengakses internet di 50 negara yang memiliki pengguna internet terbanyak. Daftar ini mencakup China di nomer 1 dengan 420 juta pengguna internet sampai Denmark di nomer 50 yang memiliki 4,75 juta pengguna internet. Kelima puluh negara tersebut jika dijumlahkan memiliki lebih dari 1,8 miliar pengguna internet.
Data kecepatan koneksi internet ini diperoleh secara real dan bukan berdasarkan informasi dari ISP. Ini dapat diperoleh karena Pingdom mengambil data secara langsung dari Akamai, penyedia CDN - jaringan distribusi konten - terbesar di dunia. Data ini diambil dari kuartal kedua tahun 2010 sehingga masih relevan.
jaringan web. Ini menjadikan Akamai sebagai salah satu pihak yang bisa mengukur kecepatan download aktual dari berbagai tempat di dunia dengan cukup akurat.

Dari data rata-rata koneksi setiap negara diketahui informasi berikut:
Korea Selatan memiliki koneksi tercepat dengan rata-rata koneksi mendekati 17Mbps, hampir dua kali lipat dari koneksi Hongkong sebesar 8,57 Mbps yang berada di tempat kedua.
China sebagai negara pengguna internet terbanyak memiliki koneksi rata-rata 0,86Mbps, masih jauh di bawah angka rata-rata koneksi di seluruh duniayang sebesar 1,8 Mbps.
Tiga tempat teratas koneksi tercepat di dunia dipegang oleh negara-negara Asia, sementara 7 negara dari Eropa, sedangkan Amerika Serikat dan Kanada berada di nomer 12 dan 11 dengan koneksi 4,6 Mbps dan 4,7 Mbps.
Distribusi koneksi internet secara global menunjukkan bahwa sebanyak 22% koneksi memiliki kecepatan di atas 5Mbps, sementara lebih dari setengah memiliki koneksi di atas 2Mbps.
Pingdom juga menyuguhkan grafik distribusi kecepatan koneksi internet dari masing-masing negara. Dari grafik ini dapat dilihat bahwa di negara maju koneksi di bawah 256kbps telah hampir hilang sementara di negara berkembang porsi koneksi 256kbps masih cukup besar.
Jika melihat kondisi Indonesia berdasarkan data ini diketahui bahwa Indonesia memiliki populasi pengguna internet nomer 16 di seluruh dunia, di atas Malaysia (28), Vietnam (21), Philipina (17), dan Thailand (25) (Singapura dan Brunei tidak termasuk karena populasi yang kecil). Namun ternyata Indonesia memiliki rata-rata koneksi internet terburuk di antara kelima negara ASEAN tersebut. Indonesia menempati posisi nomer 48, kalah jauh dari Filipina (41), Malaysia (38), Vietnam (32), apalagi Thailand (24).
Jadi, apakah Indonesia bisa berbangga dengan kondisi ini?

Cara mengetahui kapasitas flashdisk yg sesungguhnya

Terkadang kita sulit untuk membedakan antara sebuah flashdisk yg asli dan yang palsu. hal itu dikarenakan saat ini teknologi sudah semakin canggih sehingga para pembajak membuat bentuk fisik dari barang bajakan (flashdisk) sudah sangat mirip dengan bentuk aslinya bahkan lebih bagus lagi.terkadang kita dapat membedakan antara flashdisk yang palsu dengan yang asli, namun bagaimana bila kita bahkan tidak dapat membedakannya sama sekali?. tentu saja untuk membedakannya kita perlu melakukan sebuah pengujian terhadap flshdisk itu sendiri untuk dapat mengetahui apakah kapasitas yang tertera pada label sama dengan kapasitas yang ada di dalam flashdisk. kita dapat mengujinya dengan menggunakan bantuan software yang bernama h2testw.
dengan menggunakan bantuan tool ini kita dapat mengukur seberapa besar kapasitas flashdisk kita yg sebenarnya.

berikut adalahlangkah-langkah uji coba:

   1. Download file h2testw.exe disini
   2. Ekstrak file tersebut di folder yg diinginkan
   3. Buka file h2testw.exe.
   4. Pilih lokasi flashdisk yang ingin di uji (klik select target) kita asumsikan flashdisk berada di drive H: dengan nama Kingston, klik ok
   5. Usahakan agar flashdisk atau memori yang akan di uji dalam keadaan kosong, ini untuk memastikan berapa kapasitas aktual dari flasdisk itu sendiri.
   6. Pilih all available space kita asumsikan flashdisk yg akan kita uji adalah berukuran 1 GB
   7. Klik menu write + verify , centang tanda endless verify
   8. tunggu hasil report dari program, apabila hasil write and verify mencapai 90% atau lebih, maka flashdisk yg kita uji tersebut adalah memiliki ukuran yang benar (asli), namun apabila hasil dari test tersebut memiliki hasil kurang dari 90% kebawah dengan rata2 eror verify mencapai 60% maka flashdisk atau memori yg kita uji adalah palsu atau bajakan

Lama pengujian flashdisk atau memori bergantung pada besarnya kapasitas flashdisk atau memori dan kemampuan komputer yg digunakan dalam pengujian.
terima kasih, semoga bermanfaat bagi anda.

Friday, December 17, 2010

Garuda di dadaku


“Garuda di dadaku, garuda kebanggaan ku, ku yakin hari ini pasti menang..”
Lagu itulah yang dinyanyikan oleh para supporter Indonesia kemarin malam di stadion utama Gelora Bung Karno, semua bersatu untuk mendukung timnas Indonesia yang sedang berjuang di semi final leg pertama kamis malam. Dari mulai rakyat biasa, artis, pejabat tinggi Negara sampai presiden Indonesia pun menonton pertandingan Filipina vs Indonesia tersebut. 80 ribu Tiket yang di sediakan panitia pun ludes terjual. Tapi tidak hanya di Gelora Bung Karno saja yang ramai oleh supporter Indonesia di setiap wilayah beramai ramai mengadakan nonton bareng.
Ya,  saat ini rakyat Indonesia sedang “keranjingan” menonton timnas Indonesia di turnamen AFF cup 2010, selain memang performa tim yang sedang menanjak, kehadiran striker naturalisasi cristian Gonzales dan irfan bachdim menjadi salah satu alasan kenapa rakyat indonesia tiba tiba menonton sepak bola terutama untuk para wanita, padahal sebelum pertandingan Indonesia vs Malaysia saya ingat di timeline twitter saya banyak yang pesimis terhadap hasil yang bakal dicapai Indonesia. sekarang  jika ditanya kenapa mau menonton timnas pasti banyak yang menjawab ingin melihat irfan bachdim bermain, tidak bisa dipungkiri memang irfan bachdim selain berwajah tampan, irfan adalah pemain muda yang bisa menjadi tumpuan Indonesia di masa depan, mengingat umurnya yang masih 22 tahun ia masih mempunyai banyak waktu untuk meningkatkan kemampuannya untuk membawa Indonesia menjadi juara di suatu turnamen. Mengingat Indonesia memang sedang “seret” gelar juara.
Kembali ke pertandingan Filipina vs Indonesia, starting eleven Indonesia di isi oleh Markus; Zulkifri, Maman, Hamka, M. nasuha; Firman, Bustomi, Okto; Gonzales dan Irfan. Di awal awal pertandingan Indonesia sempat mendapat beberapa ancaman dari kaka beradik younghusband pemain naturalisasi Filipina tapi beruntung Markus dapat memblok serangan serangan dari Filipina dan Indonesia melancarkan counter attack yang sesekali merepotkan lini pertahanan Filipina dan akhirnya di menit 33 striker Indonesia, cristian Gonzales mampu membobol gawang Filipina yang di jaga etheridge setelah menerima long pass yang dilepaskan oleh firman utina dan Indonesia pun unggul 1-0 yang membuat seisi stadion bergemuruh menyambut gol tersebut. Di babak kedua kedua tim silih berganti melancarkan serangan dan bertahan hingga di pertengahan babak kedua Filipina memiiki peluang emas untuk menyamakan kedudukan pada saat markus kurang berkumunikasi dengan maman sehingga bola direbut pemain Filipina, untungnya zulkifri tepat berada di depan gawang bisa membuang bola dan melakukan penyelamatan gemilang dan Indonesia pun tetap unggul 1-0 hingga akhir pertandingan.
Kini satu kaki timnas Indonesia ada di babak final, tapi sebelum benar benar menginjak babak final dan melawan pemenang dari Malaysia vs Vietnam, tim garuda harus menghadapi azkals untuk kedua kalinya pada hari minggu, 19 desember 2010 di stadion utama Gelora Bung Karno. Kita doakan semoga timnas Indonesia bisa tetap focus pada pertandingan dan tidak melakukan blunder blunder yang merugikan dan memenangkan pertandingan leg kedua dan berlaga di babak final tanggal 26 & 29 desember nanti.
INDONESIA !  DUG DUG DUG DUG DUG DUG DUG DUG